Selasa 22 Agustus 2023 kemarin seperti dipenuhi berita baik dan harus disyukuri. Salah satu berita baik itu datang dari penerbit buku Tiga Serangkai yang memberitahukan bahwa 2 judul buku yang saya tulis telah lolos verifikasi, yang artinya akan naik cetak dan dirilis tahun ini.
Proses penulisan buku ini menurut saya terbilang lama, mungkin hampir tiga tahun, karena kontrak penulisan buku kami tandatangani sebelum pandemi Covid-19. Proses saya menulis pun tidak lama, hanya beberapa bulan, hanya saja proses penyuntingannya tidak intens karena berselang beberapa bulan antara satu buku dengan buku lainnya.
Saya hampir saja lupa jika saya punya “celengan” tulisan untuk penerbitan buku itu. Sempat terpikir bahwa penulisan buku itu tertunda atau bahkan batal karena memang komunikasi antara saya sebagai penulis dengan penerbit juga tidak intens.
Lalu, ketika saya mendengar kabar penerbitan buku itu, rasanya seperti mendengar kabar baik dari teman lama yang tak lagi terdengar kabarnya. Senang betul, tak terbayang nantinya saat menerima copy dari buku itu, rasanya pasti akan campur aduk. Membuka halamannya, mencium bau kertasnya, merasakan tekstur kertasnya, ah kita tunggu saja.
Kabar soal buku ini, kemudian menyegarkan ingatan pada pengalaman pertama saya terlibat dalam sebuah proses penerbitan buku, tahun 2012. Buku pertama itu berjudul, Jokowi Spirit Bantaran Kali Anyar, terbitan Gramedia yang ditulis secara tim, saya termasuk dalam tim penulis yang dipimpin oleh senior saya di Kompas Grup kala itu, Domuara Ambarita.
Saat itu, saya masih bertugas sebagai wartawan lapangan yang bertugas di wilayah Solo Raya dan kebetulan pula Jokowi kala itu menjabat sebagai Walikota Solo. Sebagai wartawan lapangan, saya sering bertemu, melakukan wawancara, bahkan sesekali mengobrol santai dengan Jokowi bersama teman-teman wartawan lain. Mungkin itu yang menjadi pertimbangan “Wong Pusat” untuk melibatkan saya, yang kala itu statusnya wartawan junior karena belum lama bergabung dengan Kompas grup.
Proses penulisannya terbilang simple, karena perencanaan penulisannya sudah tertata baik. Saya tinggal membongkar database tulisan-tulisan serta wawancara lama saya dengan Jokowi dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Beberapa narasumber saya perbaharui datanya dengan wawancara ulang, dan ada beberapa narasumber tambahan yang harus saya cari keberadaannya. Utamanya orang-orang terdekat Jokowi yang mengetahui dan bisa menceritakan masa kecil Jokowi saat tinggal di Bantaran Kali Anyar.
Karena dikerjakan oleh tim, jadi saya tidak telibat dalam proses penyuntingan buku. Selang beberapa bulan setelah saya menyerahkan naskah dan dokumen foto-foto Jokowi untuk penunjang penerbitan buku, tiba-tiba saya diundang untuk datang ke Jakarta, menghadiri peluncuran buku tersebut.
Peluncuran buku dilakukan di Toko Buku Gramedia, dihadiri puluhan orang, beberapa diantaranya wajahnya cukup familiar, dan istimewanya dihadiri Ibu Jokowi, Sujiyatmi. Saya sebagai anak kemarin sore cukup minder kala itu, dan lebih memilih duduk di “kursi penonton” berbaur dengan undangan dan masyarakat umum yang datang dalam peluncuran buku itu.
Saya bahkan sempat mengobrol dengan seorang pengunjung toko buku, yang katanya mengidolakan Jokowi, sehingga penasaran dengan isi buku yang kami tulis, dan cerita di balik penulisannya. Dia juga ingin bertemu langsung dengan tim penulis, dan meminta tanda tangan pada buku yang dia beli. Saya hanya tersenyum manggut-manggut mendengarnya bercerita panjang lebar tentang Jokowi, idolanya.
Hingga akhirnya saya terpaksa bangkit dari kursi dan ikut bergabung dengan tim penulis lain di panggung, karena “tertangkap basah” oleh Mas Domu (panggilan saya ke Domuara). Saya digeret maju, duduk bersama senior-senior saya, malu dan minder rasanya. Kami dihujani pertanyaan dari pengunjung, termasuk dari saorang pengunjung yang sebelumnya kebetulan duduk di samping saya.